Skinpress Rss

Minggu, 15 Mei 2011

Penelitian Tanaman Kakao (Theobroma cacao L)

1

I.         PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Kakao (Theobroma cacao L) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang tergolong kedalam Famili Sterculiaceae yang berasal dari Amerika Tengah yaitu daerah antara perairan sungai Amazone sampai sungai Orinoco dan masuk ke Indonesia pada abad ke 19 yang dibawa oleh bangsa Spanyol (Sunanto, 1992).
Untuk meningkatkan produksi tanaman kakao, pemilihan bibit merupakan langkah pertama yang harus diperhatikan. Pada saat ini penyediaan bibit menjadi suatu permasalahan penting, bukan saja dari segi kuantitasnya tetapi juga dari daya produksinya.
Untuk memperoleh bibit yang sehat dan baik perlu mendapatkan perlakuan yang sempurna selama dalam pembibitan. Salah satu cara yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan bibit yaitu dengan menggunakan pupuk daun.
Pemupukan dapat dilakukan melalui tanah dan juga melalui daun. Pemupukan melalui daun merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan hasil. Hal ini didasari karena penyerapan hara melaui daun tidak dipengaruhi oleh pH tanah. Pupuk yang diberikan melalui daun menurut Harjadi (1993), unsur haranya segera diabsorbsi dan efek residunya kecil.
Dalam rangka peningkatan produksi, pelaksanaan pembibitan perlu mendapat perhatian serius karena pertumbuhan bibit akan turut mendukung penentuan keberhasilan penanaman di lapangan, dimana bibit merupakan titik awal dari hasil akhir yang diharapkan.
Banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bibit kakao selama dalam pembibitan. Salah satu diantaranya adalah pemupukan, dengan pemupukan diperoleh tambahan unsur hara yang dibutuhkna bibit kakao.
Pemupukan dapat dilakukan melalui tanah maupun daun. Pemupukan melalui tanah banyak mengalami kehilangan baik melalui aliran permukaan, pencucian, terfiksasi dengan unsur lain, terikat oleh tanah atau tanaman, sehingga unsur hara tersebut relatif kurang tersedia bagi tanaman. Faktor inilah yang mendorong timbulnya pemikiran untuk melakukan pemupukan melalui daun (Suhadi, 1980). Pemupukan melalui daun sering dilakukan di pembibitan, karena bibit-bibit yang masih muda perakarannya relatif belum berkembang dan berfungsi dengan baik. Selain itu keuntungan pemupukan melalui daun adalah penyerapan unsur hara dari pupuk yang diberikan berjalan lebih cepat dibandingkan bila diberikan melalui tanah, sehingga pemupukan melalui daun lebih efesien penyerapan unsur haranya (Lingga, P. 1997).
Pemberian pupuk melalui daun harus dilakukan dengan tepat baik cara pemberian, konsentrasi maupun waktu pemberian, pemakaian konsentrasi yang tepat akan menentukan manfaat dari pupuk daun tersebut. Apabila konsentrasi tersebut kurang atau berlebih dari konsentrasi anjuran maka pertumbuhan bibit kemungkinan akan semakin buruk. Demikian juga dengan waktu pemberian, apabila pemberian pupuk daun dengan interval yang terlalu sering dapat menyebabkan pemborosan pupuk dan pertumbuhan yang abnormal.
Pupuk Biotan adalah salah satu pupuk daun yang dapat digunakan untuk berbagai tanaman. Pupuk ini mengandung unsur hara makro dan mikro serta dilengkapi dengan vitamin-vitamin untuk pertumbuhan tanaman. Konsentrasi larutan yang dianjurkan untuk tanaman perkebunan adalah 3,5 cc/l air.
B.     Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi dan interval waktu pemberian pupuk Biotan yang tepat terhadap pertumbuhan bibit kakao serta untuk mengetahui nyata tidaknya  interaksi antara kedua faktor tersebut.

II.      TINJAUAN PUSTAKA
A.     Botani Tanaman Kakao
Menurut Siregar et al., (1997), tanaman kakao dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisio           : Spermatophyta
Class             : Dicotyledonae
Ordo             : Malvales
Famili            : Stercaliacea
Genus            : Theobroma
Spesies          : Theobroma cacao L
Beberapa spesies Theobroma yang diketahui antara lain Theobroma bicolar, Theobroma  Sylvester, Theobroma pentagona dan Theobroma ausgustrifolia. Tanaman kakao terdiri dari 3 varietas yaitu Criollo, Forastero dan Trinataria.
Tanaman kakao mempunyai akar tunggang yang tumbuh lurus ke bawah dan berkemampuan menyesuaikan diri terhadap berbagai jenis tanah. Pada tanaman dewasa dijumpai akar sekunder menyebar sekitar 15-20 cm dibawah permukaan tanah.
Batang tanaman kakao dapat tumbuh sampai dengan ketinggian 8-10 m dari pangkal batangnya pada permukaan tanah dan pertumbuhannya cenderung lebih pendek apabila ditanam tanpa pohon pelindung. Tanaman kakao yang memiliki batang lurus pada umur sekitar 10 bulan, pada batang akan terbentuk 3-6 cabang kipas. Titik pertemuan cabang-cabang itu disebut jorquette. Tinggi batang sampai terbentuk jorquette sangat bervariasi, tetapi pada umumnya sekitar 1-2 m dari permukaan tanah (Sunanto, 1992).
Daun kakao terdiri dari tangkai dan kelainan daun. Bentuk daun ellips dengan tepi daun yang rata dan ujungnya runcing. Daun yang tumbuh pada ujung Tunas berwarna merah (flush), setelah dewasa warna daun berubah menjadi hijau (Siregar et al., 1997).
Bunga kakao tergolong bunga sempurna, tumbuh dalam kelompok “caulifor” yang berarti bahwa bunga tumbuh dan berkembang pada batang dan cabang. Bunga kakao berwarna putih dan kemerah-merahan (Soertani, 1986).
Buah kakao berupa buah buni yang daging bijinya sangat lunak. Pada waktu muda, biji menempel pada bagian dalam kulit buah, tetapi bila buah telah matang maka biji akan terlepas dari kulit buah. Didalam setiap buah terdapat 30-50 biji, tergantung pada jenis tanaman (Susanto, FX. 1993).
Baca Selengkapnya