II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani Tanaman
Menurut (Purwono dan Hartono, 2007). Sistematika dari tanaman jagung manis adalah sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Class : Monocotyledoneae
Ordo : Graminales
Family : Graminaceae
Genus : Zea
Species : Zea mays Saccharata Sturt
Pada waktu tanaman berbunga jantan maka radius akarnya kurang lebih 100 cm dengan kedalaman dapat mencapai kurang lebih 75 cm. crown root ini dapat berjumlah 20 - 30 akar. Dari crown root ini akan tumbuh akar - akar lateral dan diujung crown root dan lateral terdapat bulu - bulu akar, biasanya umurnya sangat pendek. (Ginting, 1995).
Batang tanaman jagung manis beruas - ruas dengan jumlah ruas bervariasi antara 10 - 40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak bercabang kecuali pada jagung manis sering tumbuh beberapa cabang (anakan) yang muncul pada pangkal batang. Panjang batang jagung berkisar antara 60 - 300 cm atau lebih tergantung tipe dan jenis jagung. Ruas bagian batang atas berbentuk silindris dan ruas-ruas batang bagian bawah berbentuk bulat agak pipih. Tunas batang yang telah berkembang menghasilkan tajuk bunga betina. (Hasibuan, 2004).
Kedudukan daun tanaman ini distik (dua baris daun tunggal yang keluar dalam kedudukan berselang). Daun terdiri atas pelepah daun dan helaian daun. Helaian daun memanjang dengan ujung meruncing dengan pelepah-pelepah daun yang berselang-seling yang berasal dari setiap buku. Daun-daunnya lebar serta relatif panjang. Antara pelepah daun dibatasi oleh spicula yang berguna untuk menghalangi masuknya air hujan atau embun ke dalam pelepah. Daunnya berkisar 10 – 20 helai tiap tanaman. Epidermis daun bagian atas biasanya berambut halus. Kemiringan daun sangat bervariasi antar genotif dan kedudukan daun yang berkisar dari hampir datar sampai tegak (Rukmana, 2007).
Tanaman jagung manis termasuk monoceous, tetapi bunga jantan dan betina letaknya terpisah. Bunga jantan dalam bentuk malai terletak di pucuk tanaman, sedang bunga betina pada tongkol yang terletak kira-kira pada pertengahan tinggi batang. Tepung sari dihasilkan malai 1-3 hari sebelum rambut tongkol keluar, rambut tongkol ini berfungsi sebagai kepala putik dan tangkai putik. Tepung sari mudah diterbangkan angin. Dari satu malai dapat menghasilkan 250 juta tepung sari. Tepung sari ini akan menyerbuki rambut tongkol. Apabila dalam satu tongkol terdapat 500 rambut tongkol maka inilah yang akan diserbuki sehingga diperoleh 500 biji dalam satu tongkol dari hasil penyerbukan. Karena letak bunga terpisah dan tepung sari mudah diterbangkan angin maka pembuahan berasal dari tanaman tetangga. Hal ini dikenal dengan penyerbukan silang. Pada tanaman jagung penyerbukan silang sebesar 95 %.(Purwono dan Hartono, 2007).
Biji jagung berkeping tunggal, berderet rapi pada tongkolnya. Pada setiap tanaman jagung ada satu tongkol, kadang - kadang ada yang dua. Setiap tongkol terdapat 10 - 14 deret biji jagung yang terdiri dari 200 - 400 butir biji jagung. (Suprapto dan Marzuki, 2005).
Buah biji jagung manis terdiri atas tongkol, biji dan daun pembungkus. Biji jagung mempunyai bentuk, warna dan kandungan endosperm yang bervariasi, tergantung pada jenisnya. Pada umumnya biji jagung manis tersusun dalam barisan yang melekat secara lurus atau berkelok-kelok dan berjumlah antara 8-20 baris biji. Biji manis jagung terdiri atas tiga bagian utama yaitu kulit biji (seed coat), endosperm dan embrio (Rukmana, 2007).
Menurut (Sutanto, 2002), sifat manis pada sweet corn (jagung manis) disebabkan oleh adanya gen su-1 (sugary), bt-2 (brittle) ataupun sh-2 (shrunken). Gen ini dapat mencegah pengubah gula menjadi zat pati pada endosperm sehingga jumlah gula yang ada kira-kira dua kali lebih banyak dibanding jagung biasa. Tanaman jagung adalah tanaman monocecius (berumah satu), bunga jantan (staminate) ada pada malai dan bunga betina (postilate) ada pada tongkol dimana tongkol sebelah atas lebih dulu berkembang dibandingkan tongkol bawahnya.( Fathan, 1998).
2.2. Syarat Tumbuh
1. Tanah
Jagung manis tumbuh baik pada tanah dengan pH antara 6,5 sampai 7,0 ,tetapi masih cukup toleran pada tanah dengan tingkat kemasaman yang relatif tinggi, dan dapat beradaptasi pada keracunan Al, (Hasibuan, 2004).
Tanah yang sesuai adalah tanah dengan tekstur remah, karena tanah tersebut bersifat porous sehingga memudahkan perakaran pada tanaman jagung. Jagung dapat tumbuh pada berbagai macam jenis tanah. Tanah lempung berdebu adalah yang paling baik bagi pertumbuhannya. Tipe tanah liat masih dapat ditanami jagung, tetapi dengan pengerjaan tanah lebih sering selama pertumbuhannya, sehingga aerase dalam tanah berlangsung dengan baik. Air tanah yang berlebihan dibuang melalui saluran pengairan yang dibuat diantara barisan jagung. ((Sutanto, 2002)).
Jagung umumnya ditanam di dataran rendah, di lahan sawah tadah hujan maupun sawah irigasi. tetapi terdapat juga didaerah dataran tinggi pada ketinggian 1000 -1800 m di atas permukaan laut. Tanah dengan kemiringan sampai 8 % masih dapat ditanami jagung dengan arah barisan tegak lurus terhadap miringnya tanah, dengan maksud untuk mencegah erosi yang terjadi pada waktu turun hujan besar. (Rukmana, 2007).
Tanah lempung berdebu adalah yang paling baik bagi pertumbuhannya. Jagung manis sebagai tanaman daerah tropis dapat tumbuh subur dan memberikan hasil yang tinggi apabila tanaman dan pemeliharaannya dilakukan dengan baik .Agar tumbun dengan baik, tanaman jagung memerlukan temperatur rata - rata antara 14 - 30 °C, pada daerah yang ketinggian sekitar 2200 m di atas permukaan laun (dpl), dengan curah hujan sekitar 100 - 600 mm per tahun yang terdistribusi rata selama musim tanam (Kartasapoetra, 1999).
2. Iklim
Panjang hari berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan tanaman jagung manis, sehingga panjang hari tidak merupakan faktor pembatas. Beberapa varietas jagung manis, memiliki daya adaptasi lebih baik pada panjang hari tertentu dibanding dengan yang lainnya (Musnamar, 2005).
Jagung manis sebagai tanaman daerah tropis dapat tumbuh subur dan memberikan hasil yang tinggi apabila tanaman dan pemeliharaannya dilakukan dengan baik. Agar tumbuh dengan baik, tanaman jagung memerlukan temperatur rata-rata antara 14 – 30 °C, pada daerah yang ketinggian sekitar 2200 m di atas permukaan laun (dpl), dengan curah hujan sekitar 100 - 600 mm per tahun yang terdistribusi rata selama musim tanam (Kartasapoetra, 1987).
Perkembangan tanaman dan pembungaan dipengaruhi oleh panjang hari dan suhu, pada hari pendek tanaman lebih cepat berbunga. Banyak kultivar tropika tidak akan berbunga di wilayah iklim sedang sampai panjang hari berkurang hingga kurang dari 13 atau 12 jam. Pada hari panjang, tipe tropika ini tetap vegetatif dan kadang-kadang dapat mencapai ketinggian tumbuh 1 - 3 m sebelum tumbuh bunga jantan. Namun pada hari yang sangat pendek (8 jam) dan suhu kurang dari 20 °C juga menunda pembungaan. Ketika ditanam pada kondisi hari pendek pada daerah iklim sedang kultivar tropika cenderung berbunga lebih awal. (Sutedjo, 2002).
2.3. Pupuk TNF
Tanaman semusim umumnya berumur pendek dan ditanam dengan jarak tanam rapat, maka pemupukan dilakukan melalui daun dengan pupuk yang disebut dengan pupuk daun. Pemupukan lewat daun ini umumnya dilakukan dengan cara melarutkan pupuk tersebut ke dalam air lalu larutan pupuk tersebut disemprotkan ke permukaan daun (Prihmantoro, 2005)
Unsur hara mikro merupakan unsur hara esensial yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit. Unsur mikro umumnya berfungsi sebagai katalisator pada berbagai fungsi fisiologis pada tubuh tanaman, hampir semua unsur mikro merupakan bagian dari enzim yang mempunyai peranan penting pada berbagai proses metabolisme. (Hasibuan, 2004)
Unsur-unsur mikro dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu
1. Unsur mikro grup metal
Unsur ini diantaranya Cu, Zn, Mn, Fe. Adapun factor-faktor yang berpengaruh terhadap ketersediaan unsur ini diantaranya adalah, reaksi tanah, proses oksidasi dan reduksi, adanya unsur lain yang berlebihan, kandungan bahan organik.
2. Unsur mikro grup non metal
Unsur mikro dari grup ini dibutuhkan oleh tanaman sangat bervariasi, golongan ini di dalam larutan tanah dijumpai dalam bentuk anion. Secara kimia, mereka sangat berbeda satu dengan yang lainnya, sehingga reaksi yang akan terjadi di dalam tanah akan berbeda pula. Yang termasuk unsur ini adalah: Boron, Molybdenum, chlor (Hakim, dkk, 1999)
Pupuk sebagai sumber unsur hara mikro tersedia dalam dua bentuk, yakni bentuk garam anorganik dan bentuk garam sintetis. Kedua bentuk ini bersifat mudah larut di dalam air. Contoh pupuk mikro yang berbentuk garam anorganik adalah Cu, Fe, Zn dan Mn yang seluruhnya bergabung dengan sulfat. Sebagai sumber boron, umumnya digunakan sodium tetra borat yang banyak digunakan sebagi pupuk daun.sumber Mo umumnya meggunakan sodium atau amonium molibdat. (Novizan, 2001).
Penggunaan pupuk organik yang dipadukan dengan penggunaan pupuk kimia dapat meningkatkan produktivitas tanaman dan pengurangan penggunaan pupuk kimia, baik pada lahan sawah maupun lahan kering. Telah banyak dilaporkan bahwa terdapat interaksi positif pada penggunaan pupuk organik dan pupuk kimia secara terpadu (Musnamar, 2003).
Bahan organik dapat juga merupakan sumber dari unsur mikro tanah. Kadar unsur mikro dalam lapisan atas tanah yang belum digarap lebih banyak daripada lapisan bawah. Hal ini disebabkan karena banyak unsur mikro yang terdapat dalam bahan organik. Setelah bahan organik mengalami dekomposisi, maka unsur-unsur mikro tersebut akan dapat tersedia bagi tanaman (Hakim, dkk, 1999)
Pupuk organik cair adalah pupuk organik berbentuk cairan. Pupuk cair umumnya hasil ekstrak bahan organik yang sudah dilarutkan dengan pelarut seperti air, alkohol, atau minyak. Senyawa organik mengandung karbon, vitamin, atau metabolit sekunder dapat berasal dari ekstrak tanaman, tepung ikan, tepung tulang, atau enzim. Pengaplikasian pupuk organik cair dengan menyemprotkan kedaun atau disiramkan ke tanah. (Musnamar, 2005).
Pupuk organik cair TNF mengandung nutrisi tanaman yakni 5,20 % Mn., Cu 0,65 %., 0,65 % Zn dan 0,002 Mo. Pemupukan dilakukan melalui daun dengan bahan - bahan gizi yang terkandung dalam TNF, mendorong proses metabolisme dalam tanaman dan demikian merangsang penyerapan bahan - bahan gizi oleh akar. Kandungan pada pupuk organik cair TNF, mengandung bahan aktif dari chelate (alamiah) yang tidak mengandung hormon. Kombinasi khusus TNF dan bahan-bahan gizi tanaman yang mendorong vegetasi pertumbuhan semua tanaman yang berdaun dan bertangkai serta pohon-pohon berbuah. TNF dapat mendorong perkembangan akar, mengurangi gangguan - gangguan fisiologis (Anonimous, 1996).
2.4. Pupuk Kandang
Pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari campuran kotoran ternak atau hewan sejenis dan urine serta sisa-sisa makanan yang tidak dapat dihabiskan (Sarief, 2005). Penggunaan pupuk kandang sudah cukup lama di identifikasikan dengan keberhasilan program pemupukan dari pertanian berkelanjutan. Hal ini disebabkan karena pupuk kandang memang dapat menambah tersedianya unsur hara bagi tanaman. Selain itu, pupuk kandang juga mampunyai pengaruh yang positif terhadap sifat fisis dan kimiawi tanah, mendorong perkembangan jasad renik (Sutedjo, 2002).
Bahan organik sangat berperan pada pembentukan struktur tanah yang baik dan stabil sehingga infiltrasi dan kemampuan menyimpan air. Menurut hasil penelitian yang dilakukan (Simatupang, 2005) bahwa pemberian pupuk kandang dengan nyata menurunkan besarnya aliran permukaan karena pupuk kandang memperbaiki sifat fisik tanah terutama struktur sehingga permeabilitas meningkat.
Pemberian bahan organik juga berperan dalam memperbaiki sifat kimia tanah. Dari hasil penelitian (Hanafiah, 1999), menunjukkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam setelah 8 minggu dapat memperbaiki sifat kimiawi tanah Latosol Subang. Peningkatan takaran pupuk kandang diikuti oleh naiknya pH, kadar Ca-dd, C - organik, N total, C/N, dan H-dd, serta turunnya kadar Aldd dan Fedd yang semuanya bersifat positif terhadap perbaikan sifat kimiawi tanah. Kadar rata-rata unsur hara yang terdapat dalam pupuk kandang sangatlah bervariasi. Keadaan beragam disebabkan beberapa faktor yaitu : jenis hewan dan keadaan individu hewan, makanan yang dimakan hewan, cara penyimpanan pupuk kandang sebelum dipakai (Hakim, dkk., 1999).
Sumber : granatabar.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar
komentar anda